Ratusan warga dengan antusias mengikuti tradisi Nyadran yang digelar di Goa Kreo, Semarang. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap Selasa Kliwon bulan Apit dalam penanggalan Jawa. Goa Kreo sendiri dikenal sebagai tempat petilasan Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.
Nyadran di Goa Kreo bukan sekadar ritual seremonial. Acara ini menjadi momen penting bagi warga untuk melestarikan budaya leluhur. Melalui Nyadran, mereka memanjatkan doa dan memohon berkah keselamatan serta rezeki kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Prosesi Nyadran diawali dengan arak-arakan gunungan hasil bumi dan sesaji. Gunungan ini diarak dari Balai Desa Kandri menuju Goa Kreo. Sesampainya di Goa Kreo, warga bersama-sama memanjatkan doa dan melakukan ritual kenduri. Setelah doa selesai, gunungan hasil bumi diperebutkan oleh warga yang hadir. Mereka percaya bahwa mendapatkan bagian dari gunungan tersebut akan membawa berkah dan keberuntungan.
Nyadran di Goa Kreo juga menjadi daya tarik wisata tersendiri. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan tradisi unik ini. Kehadiran wisatawan turut memberikan dampak positif bagi perekonomian warga sekitar. Mereka menjajakan berbagai macam makanan dan minuman khas daerah.
Tradisi Nyadran di Goa Kreo menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat setempat menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menghargai budaya.

Kategori: budaya, jawa tengah, religi, tradisi, travel, wisata
Tag:apit, budaya, goa kreo, jawa tengah, kirab, nyadran, ritual, sedekah bumi, selasa kliwon, semarang, tradisi