Kue keranjang, atau Nian Gao dalam dialek Hokkian, merupakan hidangan wajib yang menghiasi meja persembahan saat Imlek. Kue ini melambangkan peningkatan rezeki dan kemakmuran di tahun yang baru. Teksturnya yang kenyal dan lengket juga menyimbolkan persatuan dan kebersamaan keluarga.
Di Semarang, kue keranjang memiliki cita rasa otentik yang terus dijaga dari generasi ke generasi. Salah satu produsen kue keranjang legendaris di Semarang adalah keluarga Bapak Gunawan. Keluarga ini telah memproduksi kue keranjang selama lebih dari 50 tahun, mewarisi resep dan teknik pembuatan dari leluhur mereka.
Proses pembuatan kue keranjang terbilang rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Beras ketan berkualitas tinggi direndam selama beberapa jam, kemudian dikukus hingga matang. Setelah itu, beras ketan yang telah dikukus ditumbuk hingga halus dan kalis.
Adonan ketan kemudian dicampur dengan gula dan bahan-bahan lainnya sesuai resep rahasia keluarga. Penggunaan gula yang tepat merupakan kunci penting dalam menghasilkan kue keranjang yang berkualitas. Gula tidak hanya memberikan rasa manis, tetapi juga mempengaruhi tekstur dan ketahanan kue.
Adonan yang telah tercampur rata kemudian dituang ke dalam cetakan yang terbuat dari daun pisang. Penggunaan daun pisang memberikan aroma khas yang menambah kenikmatan kue keranjang. Cetakan yang berisi adonan kemudian dikukus kembali selama beberapa jam hingga matang sempurna.
Proses pengukusan yang lama ini bertujuan untuk membuat kue keranjang tahan lama dan tidak mudah basi. Kue keranjang yang telah matang didinginkan dan siap untuk dikemas. Kue keranjang khas Semarang biasanya dikemas dengan plastik dan diberi label merek dagang.
Keunikan kue keranjang khas Semarang terletak pada cita rasanya yang otentik dan teksturnya yang kenyal. Rasa manisnya yang pas dipadukan dengan aroma khas daun pisang menciptakan sensasi rasa yang tak terlupakan. Kue keranjang ini juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak mudah hancur.
Kue keranjang produksi keluarga Bapak Gunawan menjadi favorit masyarakat Semarang. Setiap tahunnya, permintaan kue keranjang meningkat menjelang perayaan Imlek. Banyak pelanggan yang rela antri untuk mendapatkan kue keranjang yang lezat ini.
Keluarga Bapak Gunawan tetap mempertahankan cara tradisional dalam memproduksi kue keranjang. Mereka percaya bahwa cara tradisional merupakan kunci untuk menjaga cita rasa otentik kue keranjang. Meskipun prosesnya lebih rumit dan memakan waktu, mereka tetap berkomitmen untuk menghasilkan kue keranjang berkualitas tinggi.
Melalui dedikasi dan kerja keras, keluarga Bapak Gunawan telah berhasil melestarikan warisan kuliner leluhur. Kue keranjang produksi mereka bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan simbol budaya dan tradisi yang terus dijaga dari generasi ke generasi.
Bagi masyarakat Tionghoa di Semarang, kue keranjang bukan hanya sekadar hidangan Imlek. Kue ini juga menjadi simbol keberuntungan, kemakmuran, dan kebersamaan keluarga. Menikmati kue keranjang bersama keluarga menjadi momen yang istimewa dan penuh makna.
Tradisi menikmati kue keranjang terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Semoga kue keranjang khas Semarang tetap lestari dan menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia.

Kategori: imlek, kuliner, makanan tradisional, semarang, video
Tag:budaya, cina, imlek, kue keranjang, kuliner, makanan tradisional, perayaan, resep, semarang, tahun baru cina, tahun baru imlek, tempo, video