Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menggandeng 51 pondok pesantren di wilayah Semarang dan sekitarnya dalam upaya menangkal radikalisme dan memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila. Kerja sama ini diwujudkan melalui kegiatan silaturahmi dan dialog kebangsaan yang berlangsung di Semarang.
Kepala Biro Operasional Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol. Aswin Siregar, menekankan pentingnya peran pondok pesantren dalam membentuk karakter generasi muda yang berlandaskan Pancasila. Pondok pesantren, menurutnya, merupakan garda terdepan dalam membentengi masyarakat dari paham radikalisme dan terorisme.
Aswin menjelaskan, pendekatan yang dilakukan Densus 88 bukan semata-mata penegakan hukum, tetapi juga pencegahan melalui pendekatan humanis. Silaturahmi dan dialog kebangsaan ini menjadi salah satu bentuk pendekatan lunak yang diharapkan dapat mempererat hubungan antara Densus 88 dengan kalangan pesantren.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman santri dan pengasuh pondok pesantren mengenai bahaya radikalisme dan terorisme. Dengan pemahaman yang komprehensif, diharapkan mereka mampu mengidentifikasi dan mencegah penyebaran paham-paham tersebut di lingkungan pesantren.
Lebih lanjut, Aswin menyatakan bahwa kerja sama dengan pondok pesantren merupakan langkah strategis dalam membangun ketahanan nasional terhadap ancaman terorisme. Pesantren memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa yang cinta damai dan toleran.
Para pengasuh pondok pesantren yang hadir dalam kegiatan tersebut menyambut baik inisiatif Densus 88. Mereka sepakat bahwa radikalisme dan terorisme merupakan ancaman serius yang harus dihadapi bersama.
Salah satu pengasuh pondok pesantren mengungkapkan bahwa pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila sangat penting ditanamkan kepada para santri. Hal ini akan membentuk generasi muda yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara.
Dalam dialog kebangsaan tersebut, para peserta juga membahas berbagai isu terkait pencegahan radikalisme dan terorisme. Mereka berbagi pengalaman dan strategi dalam membina santri agar terhindar dari pengaruh negatif.
Diharapkan, kerja sama antara Densus 88 dan pondok pesantren dapat terus ditingkatkan di masa mendatang. Sinergi antara kedua belah pihak menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif dari ancaman radikalisme dan terorisme.
Melalui sinergi ini, diharapkan pula tercipta generasi muda yang berwawasan kebangsaan, cinta tanah air, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama dan karakter diharapkan mampu menjadi benteng pertahanan ideologis bangsa.
Kegiatan silaturahmi dan dialog ini juga menjadi wadah untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi antara Densus 88 dengan pondok pesantren. Dengan komunikasi yang baik, diharapkan dapat tercipta sinergi yang optimal dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
Densus 88 berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk pondok pesantren, dalam rangka menangkal radikalisme dan terorisme. Pendekatan humanis dan dialogis menjadi kunci utama dalam membangun kemitraan yang efektif.
Keberhasilan dalam menangkal radikalisme dan terorisme membutuhkan peran serta seluruh komponen bangsa. Kerja sama antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat, termasuk pondok pesantren, menjadi kunci penting dalam menciptakan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.

Kategori: agama, jawa tengah, keamanan, pendidikan
Tag:antiteror, densus 88, deradikalisasi, jawa tengah, keagamaan, keamanan, kerjasama, moderasi beragama, pancasila, pendidikan, pesantren, ponpes, radikalisme, semarang, terorisme