Dugderan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Acara ini menjadi simbol kegembiraan dan kerukunan antar warga, mencerminkan perpaduan harmonis antara budaya Jawa dan nilai-nilai Islam.
Salah satu daya tarik utama Dugderan adalah arak-arakan yang meriah. Berbagai elemen masyarakat turut serta, menampilkan kostum dan atraksi beragam. Warak Ngendog, makhluk imajiner berkepala naga, berbadan unta, dan berkaki kambing, menjadi ikon Dugderan. Keberadaannya melambangkan akulturasi berbagai budaya yang hidup berdampingan di Semarang.
Selain arak-arakan, Dugderan juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya, seperti tarian tradisional, musik, dan pameran. Warga dapat menikmati beragam kuliner khas Ramadan yang dijajakan di sepanjang rute arak-arakan. Momen ini menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk berkumpul dan bersilaturahmi.
Dugderan bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sarana untuk melestarikan budaya lokal dan memperkuat toleransi antar umat beragama. Tradisi ini menjadi identitas Kota Semarang dan daya tarik wisata religi yang unik.
Dengan semangat Dugderan, masyarakat Semarang menyambut Ramadan dengan suka cita, harapan, dan komitmen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
