Semarang kembali meriah dengan tradisi Dugderan, sebuah perayaan unik untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Ribuan warga tumpah ruah ke jalan-jalan untuk menyaksikan arak-arakan yang menampilkan berbagai kesenian dan budaya lokal.
Salah satu ikon Dugderan yang paling menarik perhatian adalah Warak Ngendog, makhluk imajinasi perpaduan tiga hewan: unta, naga, dan buraq. Figur Warak Ngendog menjadi simbol kerukunan antar etnis dan agama di Semarang. Selain Warak Ngendog, arak-arakan juga dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seperti drumband, tari-tarian, dan gunungan hasil bumi.
Antusiasme warga terlihat jelas saat gunungan hasil bumi diarak keliling kota. Setelah sampai di tujuan, warga berebut untuk mendapatkan hasil bumi yang dianggap membawa berkah tersebut. Suasana semakin meriah dengan bunyi "dugderan" yang mengiringi arak-arakan, suara yang berasal dari bedug dan meriam kecil.
Dugderan bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata yang mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah. Dengan digelarnya Dugderan, diharapkan masyarakat Semarang dapat menyambut Ramadhan dengan suka cita dan penuh keberkahan.
