RRI Semarang telah menonaktifkan sejumlah frekuensi siaran sebagai bagian dari upaya efisiensi anggaran. Kebijakan ini diambil sebagai respons atas kenaikan tarif listrik yang signifikan dan kebutuhan untuk mengoptimalkan operasional. Penonaktifan frekuensi siaran ini berdampak pada beberapa wilayah di Jawa Tengah.
Kepala RRI Semarang, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan keputusan yang sulit namun perlu diambil. Kenaikan tarif listrik berdampak besar pada anggaran operasional, khususnya untuk pemancar siaran. Untuk menjaga keberlanjutan layanan siaran, efisiensi menjadi langkah yang tidak terhindarkan.
Meskipun beberapa frekuensi dinonaktifkan, RRI Semarang memastikan bahwa masyarakat masih dapat mengakses siaran melalui frekuensi lain yang tetap beroperasi. Selain itu, RRI Semarang juga mendorong pendengar untuk memanfaatkan platform digital seperti streaming melalui situs web dan aplikasi RRI Play Go. Pemanfaatan platform digital ini dianggap lebih efisien dan menjangkau audiens yang lebih luas.
Pihak RRI Semarang berharap masyarakat dapat memahami langkah efisiensi ini. Mereka berkomitmen untuk terus memberikan layanan siaran terbaik meskipun dengan keterbatasan anggaran. RRI Semarang juga terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk memastikan siaran tetap dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Beberapa frekuensi yang dinonaktifkan antara lain 91.8 MHz di Blora, 103.1 MHz di Wonosobo, dan 95.3 MHz di Pekalongan. RRI Semarang mengimbau pendengar di wilayah tersebut untuk beralih ke frekuensi alternatif atau mengakses siaran melalui platform digital.

Kategori: berita, media, teknologi
Tag:anggaran, digital, efisiensi, efisiensi anggaran, frekuensi, frekuensi rri, jawa tengah, media, nonaktif, penyiaran, radio, rri, rri semarang, semarang, siaran, siaran radio