3 Alasan Dugderan Harus Dilestarikan Menurut Prof Noor Achmad
Prof Noor Achmad, Guru Besar UIN Walisongo, menyampaikan tiga alasan pentingnya tradisi Dugderan untuk terus dilestarikan. Tradisi ini bukan hanya sekadar perayaan penyambutan Ramadhan, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan ekonomi yang tinggi bagi masyarakat Semarang.
Menyambut Ramadan, Santri TPQ Al-Jamil Semarang Diperkenalkan Tokoh Penyebar Islam
Menjelang bulan suci Ramadan, santri TPQ Al-Jamil, Semarang, diajak mengenal lebih dekat para tokoh penyebar agama Islam di Kota Semarang. Kegiatan ini bertujuan menanamkan nilai-nilai keteladanan dan sejarah Islam kepada generasi muda.
Dugderan: Kemeriahan Anak Muda Semarang di Pasar Dugderan
Dugderan, sebuah tradisi unik di Semarang, menjadi ajang bagi muda-mudi untuk memeriahkan Pasar Dugderan. Mereka berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, menikmati suasana pasar malam, dan turut melestarikan budaya lokal jelang datangnya bulan Ramadan.
Perempuan Kelahiran Semarang Pernah Jadi Ibu Negara China
Kisah seorang perempuan kelahiran Semarang yang menjadi ibu negara China mungkin belum banyak diketahui. Ia adalah istri dari salah satu tokoh penting dalam sejarah China modern. Bagaimana perjalanan hidupnya hingga mencapai posisi tersebut?
Pemburu Makam di Semarang Melestarikan Sejarah Tionghoa Melalui Batu Nisan
Seorang sejarawan amatir di Semarang menyelamatkan batu nisan Tionghoa kuno yang terabaikan dan menggunakannya untuk mengungkap kisah-kisah komunitas Tionghoa di masa lalu. Dedikasinya telah mengarah pada penemuan penting dan memberikan wawasan berharga tentang sejarah lokal. Ia berharap upayanya akan meningkatkan kesadaran dan mendorong pelestarian warisan budaya Tionghoa yang kaya di Indonesia.
Siranda: Kejayaan Hotel Semarang yang Tinggal Kenangan
Hotel Siranda Semarang, yang dulu merupakan ikon kemewahan dan kebanggaan Kota Semarang, kini hanya menyisakan puing-puing dan kenangan. Kejayaannya di masa lampau, dengan fasilitas lengkap dan arsitektur yang megah, memudar seiring waktu karena berbagai faktor, meninggalkan jejak sejarah yang mengundang rasa nostalgia bagi mereka yang pernah merasakan kemegahannya.
Pahlawan Tak Kasat Mata di Kota Lama Semarang
Para pahlawan tak kasatmata di Kota Lama Semarang berperan penting dalam menjaga kebersihan dan keindahan kawasan bersejarah tersebut. Mereka adalah petugas kebersihan yang bekerja keras membersihkan sampah, menyapu jalan, dan merawat taman, sehingga wisatawan dan warga lokal dapat menikmati pesona Kota Lama dengan nyaman. Dedikasi dan kerja keras mereka, meskipun seringkali tak terlihat, sangat berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya dan meningkatkan citra pariwisata kota.
Nyadran Rajabaan di Makam Sentono Jangli, Semarang
Tradisi Nyadran Rajabaan di Makam Sentono Jangli Gabeng, Semarang, berlangsung khidmat dengan warga berbondong-bondong membawa tenong berisi makanan. Mereka berdoa bersama dan menaburkan bunga di makam leluhur, sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan rasa syukur. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
Rumah Arwah: Warisan Leluhur Tionghoa di Semarang
Rumah Arwah, sebuah tradisi Tionghoa di Semarang, masih lestari hingga kini. Bangunan-bangunan kecil ini, yang dipercaya sebagai tempat tinggal sementara arwah leluhur sebelum menuju akhirat, dirawat dan dihormati oleh keturunannya. Biasanya ditempatkan di dekat makam, rumah arwah mencerminkan penghormatan dan bakti kepada leluhur, sekaligus menjadi simbol keberlanjutan hubungan antara dunia orang hidup dan dunia arwah dalam budaya Tionghoa.
Peringatan Pertempuran Laut Arafuru oleh Prajurit Lanal Semarang
Prajurit Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Semarang memperingati Pertempuran Laut Arafuru dengan menggelar upacara tabur bunga di perairan Semarang. Upacara tersebut bertujuan mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran heroik melawan Belanda pada 15 Januari 1962, sekaligus menumbuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme bagi generasi penerus bangsa.