Tradisi Basuh Kaki Orang Tua Warnai Perayaan Imlek di Semarang
Umat Tionghoa di Semarang merayakan Imlek dengan tradisi unik, yaitu membasuh kaki orang tua. Tradisi ini melambangkan bakti dan penghormatan kepada orang tua serta memohon doa restu untuk tahun yang baru.
Tradisi Basuh Kaki Orang Tua, Uniknya Imlek di Semarang
Mencuci kaki orang tua merupakan tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Semarang menjelang Tahun Baru Imlek. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan bakti kepada orang tua, serta sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Ritual ini biasanya dilakukan oleh anak-anak dan cucu kepada orang tua dan kakek-nenek mereka, dengan penuh haru dan khidmat.
Tradisi Basuh Kaki Orang Tua Jelang Imlek di Semarang
Mencuci kaki orang tua menjadi tradisi unik yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Semarang menjelang Imlek. Ritual ini merupakan bentuk penghormatan dan bakti anak kepada orang tua, serta ungkapan rasa syukur atas bimbingan dan kasih sayang yang telah diberikan. Prosesi basuh kaki biasanya dilakukan dengan air hangat yang telah dicampur bunga dan rempah-rempah, kemudian dilanjutkan dengan sungkem dan pemberian angpao.
Tradisi Sungkem Warga Tionghoa Semarang Jelang Imlek
Menjelang Imlek, warga Tionghoa di Semarang memiliki tradisi sungkem yang unik. Selain memberi hormat dengan berlutut dan membungkukkan badan, mereka juga membasuh kaki orang tua sebagai wujud bakti dan penghormatan. Ritual ini melambangkan rasa terima kasih atas jasa dan pengorbanan orang tua selama ini, serta permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan.
Ketuk Pintu, Tradisi Imlek di Pecinan Semarang
Masyarakat Tionghoa di kawasan Pecinan Semarang menyambut Tahun Baru Imlek 2576 dengan tradisi unik "ketuk pintu". Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi rumah sanak saudara dan kerabat sambil membawa kue keranjang sebagai simbol rezeki dan kebahagiaan. Suara ketukan pintu dan ucapan selamat tahun baru menjadi momen penuh kehangatan dan mempererat tali silaturahmi antar keluarga.
Tradisi Ketuk Pintu Pasar Imlek Semawis Semarang
Tradisi Ketuk Pintu Pasar Semawis di Semarang menandai dimulainya perayaan Imlek. Ritual ini dilakukan dengan mengetuk pintu gerbang pasar secara simbolis oleh pejabat setempat, menandakan dibukanya pasar dan dimulainya rangkaian perayaan serta kemeriahan Imlek. Suasana meriah dengan lampion warna-warni dan ornamen khas Imlek menambah semarak tradisi ini, menarik minat wisatawan dan masyarakat untuk menikmati kemeriahan serta ragam kuliner dan budaya yang ditawarkan.
Nyadran Rajabaan di Makam Sentono Jangli, Semarang
Tradisi Nyadran Rajabaan di Makam Sentono Jangli Gabeng, Semarang, berlangsung khidmat dengan warga berbondong-bondong membawa tenong berisi makanan. Mereka berdoa bersama dan menaburkan bunga di makam leluhur, sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan rasa syukur. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
Tradisi Ketuk Pintu Pasar Imlek Semawis di Semarang
Tradisi unik "Ketuk Pintu" menandai dimulainya perayaan Pasar Imlek Semawis di Semarang. Ritual ini melambangkan pembukaan pasar dan harapan akan keberuntungan di tahun baru Imlek. Warga Tionghoa dan pengunjung antusias menyaksikan prosesi yang diiringi atraksi barongsai dan liong ini. Acara ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan kemeriahan Imlek di Semarang.
Tradisi Ketuk Pintu Pasar Imlek Semawis Semarang
Tradisi Ketuk Pintu di Pasar Semawis, Semarang, menandai dimulainya perayaan Imlek. Prosesi ini melibatkan tokoh masyarakat dan pejabat yang secara simbolis mengetuk pintu gerbang pasar, membuka akses rezeki dan keberuntungan bagi para pedagang. Ritual ini diiringi dengan atraksi barongsai dan liong, serta kemeriahan lampion dan dekorasi khas Imlek yang menghiasi kawasan pecinan tersebut, menciptakan suasana semarak dan penuh harapan di tahun baru.
Dugderan Semarang: Meriahnya Tradisi Menyambut Ramadan
Dugderan, tradisi khas Semarang menjelang bulan Ramadan, merupakan perpaduan budaya Jawa dan Islam. Tradisi ini diawali dengan prosesi penyerahan warta puasa dari Keraton Kasunanan Surakarta kepada Pemerintah Kota Semarang yang disimbolkan dengan penyerahan sebuah bedug dan kentongan. Selanjutnya, bedug dan kentongan tersebut diarak keliling kota diiringi berbagai kesenian tradisional dan pasukan berbusana prajurit Jawa. Puncak acara ditandai dengan pemukulan bedug oleh Wali Kota Semarang yang menandai dimulainya bulan Ramadan.