Menjelang Lebaran, permintaan kue kering di Semarang mengalami peningkatan signifikan. Uniknya, kenaikan harga bahan baku tidak menyurutkan minat masyarakat untuk membeli kue kering, terutama yang premium. Para pelaku UMKM kue kering pun mengaku kebanjiran pesanan, bahkan beberapa di antaranya harus menutup pesanan lebih awal karena sudah overload.

Kenaikan harga bahan baku seperti tepung terigu, mentega, dan gula memang berdampak pada harga jual kue kering. Namun, hal ini tidak menghalangi masyarakat untuk tetap membeli, terutama untuk kebutuhan hampers Lebaran atau sekadar untuk dinikmati sendiri bersama keluarga. Daya beli masyarakat yang masih tinggi menjadi salah satu faktor pendorong tingginya permintaan kue kering premium.

Para pelaku UMKM kue kering di Semarang juga berinovasi untuk menarik minat pembeli. Mereka menawarkan berbagai varian rasa dan kemasan yang menarik. Mulai dari nastar klasik, kastengel, putri salju, hingga kue kering modern dengan rasa-rasa kekinian seperti red velvet, green tea, dan cokelat. Kemasan yang elegan dan premium juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.

Selain inovasi rasa dan kemasan, strategi pemasaran yang tepat juga menjadi kunci sukses para pelaku UMKM kue kering di Semarang. Pemanfaatan media sosial untuk promosi dan penjualan online menjadi strategi yang efektif menjangkau pasar yang lebih luas. Beberapa UMKM juga menawarkan sistem pre-order dan diskon menarik untuk menarik minat pembeli.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kue kering premium tetap menjadi primadona saat Lebaran. Meskipun harga naik, permintaan tetap tinggi, membuktikan bahwa kue kering bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi dan budaya Lebaran di Indonesia. Keberhasilan para pelaku UMKM kue kering di Semarang juga menunjukkan bahwa sektor UMKM memiliki peran penting dalam menggerakkan roda perekonomian, terutama di masa-masa seperti ini.