Warak Ngendog adalah figur imajiner yang menjadi ikon perayaan Dugderan, sebuah tradisi unik di Semarang untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Dugderan sendiri ditandai dengan pawai meriah yang menampilkan Warak Ngendog sebagai daya tarik utama.
Makhluk unik ini memiliki bentuk yang merupakan perpaduan dari beberapa hewan. Kepalanya menyerupai kepala naga, tubuhnya seperti kambing, dan kakinya mirip kaki kuda. Bentuk Warak Ngendog ini memiliki makna simbolis yang mendalam, merepresentasikan akulturasi budaya dan kerukunan umat beragama di Semarang.
Kepala naga melambangkan etnis Cina, tubuh kambing merepresentasikan etnis Arab, dan kaki kuda menyimbolkan etnis Jawa. Ketiga etnis ini hidup berdampingan secara harmonis di Semarang, dan Warak Ngendog menjadi simbol dari kerukunan tersebut.
Nama "Warak Ngendog" sendiri berasal dari bahasa Jawa. "Warak" berarti suci, sementara "Ngendog" berarti bertelur. Hal ini mengacu pada telur yang dibagikan saat Dugderan sebagai simbol rezeki dan keberkahan di bulan Ramadhan.
Warak Ngendog bukan hanya sekadar ikon perayaan, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Kota Semarang. Keberadaannya menjadi pengingat akan pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama, khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
