Dugderan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi ini dipusatkan di area Masjid Agung Kauman, Semarang, dan dimeriahkan dengan pasar rakyat yang menjajakan berbagai macam kuliner dan pernak-pernik khas.
Salah satu daya tarik utama Dugderan adalah arak-arakan Warak Ngendog. Warak Ngendog, makhluk imajiner perpaduan tiga budaya yang ada di Semarang (Arab, Tionghoa, dan Jawa), menjadi ikon unik perayaan ini. Bentuknya menyerupai kambing dengan sisik naga dan kepala menyerupai burung. Warak Ngendog dibawa dalam arak-arakan yang meriah, diiringi musik tradisional dan berbagai pertunjukan seni.
Selain Warak Ngendog, arak-arakan juga menampilkan berbagai elemen budaya lainnya, seperti gunungan hasil bumi, kostum-kostum tradisional, dan drumband. Arak-arakan ini dimulai dari Balaikota Semarang menuju Masjid Agung Kauman.
Pasar rakyat Dugderan menawarkan beragam kuliner khas Semarang, seperti lumpia, bandeng presto, wingko babat, dan masih banyak lagi. Pengunjung juga dapat menemukan berbagai pernak-pernik unik dan mainan tradisional di pasar ini.
Tradisi Dugderan bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga wujud syukur masyarakat atas datangnya bulan suci Ramadan. Dugderan juga menjadi ajang pelestarian budaya lokal dan mempererat tali silaturahmi antar masyarakat. Acara ini selalu dinantikan oleh warga Semarang dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Kategori: budaya, pariwisata, religi, wisata
Tag:budaya, dugderan, jawa tengah, pasar rakyat, ramadan, semarang, tradisi, warak ngendog, warisan budaya