Keputusan untuk menutup pabrik tekstil dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan bukanlah hal yang mudah. Kurator menjelaskan bahwa langkah ini diambil setelah melalui pertimbangan yang matang dan komprehensif. Prioritas utama adalah menyelamatkan aset perusahaan dan memaksimalkan pemulihan bagi para kreditur.
Kondisi pasar tekstil global yang sedang lesu menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Penurunan permintaan dan persaingan yang ketat membuat perusahaan kesulitan untuk mempertahankan operasionalnya. Di sisi lain, beban utang yang besar semakin memberatkan kondisi keuangan perusahaan.
Restrukturisasi utang yang sedang dijalani perusahaan juga menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan ini. Kurator menjelaskan bahwa penutupan pabrik dan PHK merupakan bagian dari upaya restrukturisasi untuk menyehatkan kembali kondisi keuangan perusahaan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk pulih dan kembali beroperasi di masa mendatang, meskipun dengan skala yang lebih kecil.
PHK ribuan karyawan tentu menimbulkan dampak sosial yang signifikan. Kurator menyadari hal ini dan menyatakan bahwa pihaknya telah berupaya untuk memberikan hak-hak karyawan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Proses PHK dilakukan secara bertahap dan diiringi dengan pemberian pesangon kepada karyawan yang terdampak.
Meskipun penutupan pabrik dan PHK merupakan langkah yang sulit, kurator optimis bahwa langkah ini merupakan solusi terbaik dalam situasi saat ini. Dengan restrukturisasi yang tepat, diharapkan perusahaan dapat kembali bangkit dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.
