Peran Guru di Era Kecerdasan Buatan
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai masa depan berbagai profesi, termasuk guru. Namun, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) memiliki pandangan yang jelas bahwa guru tetap memegang peran sentral dan tidak tergantikan dalam dunia pendidikan.
PGRI meyakini bahwa meskipun AI dapat membantu dalam proses pembelajaran, seperti menyediakan materi atau memberikan umpan balik, AI tidak memiliki kemampuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter, membangun hubungan personal dengan siswa, atau memberikan bimbingan moral. Aspek-aspek inilah yang menjadi esensi dari pendidikan yang holistik.
Guru memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan individu siswa, memahami emosi mereka, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini tidak dapat direplikasi oleh teknologi. Selain itu, guru juga berperan sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensi diri mereka secara maksimal.
PGRI mendorong para guru untuk terus meningkatkan kompetensi mereka, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi. Namun, PGRI juga mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, dan yang terpenting adalah bagaimana guru dapat menggunakan teknologi tersebut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi siswa.
Dengan demikian, di era AI, peran guru justru semakin penting. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi, tetapi juga membimbing siswa untuk menjadi individu yang kreatif, kritis, dan berakhlak mulia, serta mampu menghadapi tantangan masa depan.
