Bulan Ramadan membawa berkah tersendiri bagi warga Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Di desa ini, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin kolang-kaling. Selama bulan puasa, permintaan kolang-kaling meningkat tajam, sehingga produksi pun turut digenjot.
Proses pembuatan kolang-kaling cukup rumit dan membutuhkan ketelatenan. Buah aren yang telah dipanen dikupas dan direbus selama beberapa jam. Setelah itu, biji kolang-kaling dipisahkan dari cangkangnya dan direndam dalam air kapur selama beberapa hari untuk menghilangkan getah dan membuatnya kenyal. Selanjutnya, kolang-kaling dicuci bersih dan siap untuk dipasarkan.
Meskipun prosesnya melelahkan, warga desa Kandri tetap semangat memproduksi kolang-kaling. Peningkatan permintaan selama Ramadan memberikan keuntungan yang signifikan bagi mereka. Kolang-kaling menjadi salah satu komoditas primadona yang turut meramaikan pasar takjil dan menjadi hidangan favorit untuk berbuka puasa.
Kenaikan omzet penjualan kolang-kaling selama Ramadan dirasakan hampir oleh seluruh warga desa. Hal ini tentu saja membawa dampak positif bagi perekonomian desa. Berkah Ramadan benar-benar dirasakan oleh warga Desa Kandri melalui buah kolang-kaling yang manis dan menyegarkan.
Tradisi mengolah kolang-kaling telah turun temurun di Desa Kandri. Keahlian dalam memproses kolang-kaling menjadi warisan berharga yang terus dilestarikan oleh generasi muda. Keberadaan kolang-kaling juga turut memperkaya kuliner Nusantara, khususnya selama bulan Ramadan.
