Semarang kembali diramaikan dengan Pawai Dugderan, tradisi unik yang menandai dimulainya bulan suci Ramadan. Setelah absen selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, antusiasme warga tampak membuncah. Ribuan orang dari berbagai penjuru kota tumpah ruah memadati jalan-jalan protokol untuk menyaksikan kemeriahan acara ini.
Dugderan tahun ini dimeriahkan dengan berbagai atraksi menarik, seperti arak-arakan gunungan hasil bumi dan berbagai kesenian tradisional. Warga terlihat antusias mengabadikan momen tersebut. Suasana semakin semarak dengan hadirnya berbagai kostum unik yang dikenakan para peserta pawai.
Pawai Dugderan merupakan tradisi turun temurun yang menjadi ikon Kota Semarang. Acara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga wujud syukur masyarakat atas datangnya bulan Ramadan. Dugderan berasal dari bunyi bedug dan meriam, "dug" dan "der", yang dibunyikan untuk menandai dimulainya ibadah puasa.
Acara ini juga menjadi momentum penting bagi Pemerintah Kota Semarang untuk mempromosikan potensi budaya dan pariwisata daerah. Dengan kembali digelarnya Dugderan, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya sektor pariwisata dan UMKM.
Dugderan tahun ini menandai dimulainya bulan Ramadan 1446 H. Semoga semangat kebersamaan dan keberkahan senantiasa menyertai kita semua di bulan suci ini.
