Asal Usul dan Perkembangan Sesaji Rewanda
Tradisi Sesaji Rewanda berakar dari legenda Sunan Kalijaga ketika mencari kayu jati untuk membangun Masjid Agung Demak. Dalam perjalanannya, beliau bertemu dengan kera-kera di Goa Kreo dan meminta mereka untuk menjaga kayu tersebut. Sebagai rasa terima kasih, Sunan Kalijaga berjanji akan memberikan sesaji kepada para kera setiap tahunnya.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat setempat dan kemudian menjadi agenda rutin Pemerintah Kota Semarang. Sesaji Rewanda tidak hanya menjadi wujud syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada para kera, tetapi juga sebagai sarana untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan kelancaran rezeki bagi masyarakat Semarang.
Makna Simbolis dalam Sesaji Rewanda
Setiap elemen dalam Sesaji Rewanda memiliki makna simbolis tersendiri. Sesaji yang diberikan, seperti buah-buahan, hasil bumi, dan makanan tradisional, melambangkan kekayaan alam dan ungkapan syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
Kehadiran kera dalam ritual ini juga memiliki makna penting. Kera dianggap sebagai penjaga Goa Kreo dan simbol kesetiaan. Ritual ini sekaligus menjadi upaya untuk menjaga keseimbangan alam dan harmonisasi antara manusia dan lingkungan.
Pelaksanaan Tradisi Sesaji Rewanda
Tradisi Sesaji Rewanda biasanya dilaksanakan setiap tahun pada bulan Syawal atau setelah Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian acara dimulai dengan kirab budaya yang menampilkan berbagai kesenian tradisional, seperti tari-tarian dan musik gamelan.
Puncak acara adalah pemberian sesaji kepada para kera di Goa Kreo. Masyarakat berbondong-bondong memberikan makanan kepada kera-kera tersebut, menciptakan suasana yang meriah dan penuh keakraban.
Selain itu, dalam tradisi ini juga dilakukan doa bersama dan pertunjukan wayang kulit dengan lakon yang berkaitan dengan sejarah Goa Kreo dan Sunan Kalijaga.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sesaji Rewanda
Tradisi Sesaji Rewanda mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. Nilai-nilai tersebut antara lain:
- Ungkapan Syukur: Sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang diberikan.
- Harmoni dengan Alam: Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
- Gotong Royong: Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan ritual.
- Pelestarian Budaya: Mewariskan nilai-nilai budaya dan tradisi kepada generasi penerus.
Dengan melestarikan tradisi Sesaji Rewanda, diharapkan masyarakat Semarang dapat terus menjaga nilai-nilai luhur tersebut dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Kategori: budaya, jawa tengah, sejarah, tradisi, wisata
Tag:budaya, goa kreo, jawa tengah, Rewanda, ritual, semarang, sesaji, Sesaji Rewanda, tradisi, Ungkapan Syukur