Kota Semarang, sebagai kota pesisir, rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut, banjir rob, dan cuaca ekstrem. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah kota telah mengembangkan strategi ketahanan iklim yang komprehensif.
Strategi tersebut berfokus pada dua pendekatan utama: mitigasi dan adaptasi. Mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju perubahan iklim. Adaptasi, di sisi lain, bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dampak perubahan iklim yang sudah terjadi dan yang akan datang.
Beberapa program dan inisiatif telah diimplementasikan sebagai bagian dari strategi ini. Di antaranya adalah pembangunan infrastruktur pengendali banjir, penanaman mangrove di pesisir, pengembangan ruang terbuka hijau, dan promosi penggunaan energi terbarukan. Program-program ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi risiko bencana, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup warga.
Pengelolaan sampah dan limbah juga menjadi fokus penting dalam strategi ketahanan iklim. Program pengelolaan sampah terpadu, termasuk daur ulang dan pengolahan sampah menjadi energi, diimplementasikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, pemerintah kota juga aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya ketahanan iklim dan peran mereka dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Sosialisasi dan pelatihan diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam menghadapi bencana dan perubahan lingkungan.
Keberhasilan strategi ketahanan iklim Kota Semarang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Partisipasi aktif semua pihak sangat penting untuk menciptakan kota yang tangguh, berkelanjutan, dan mampu menghadapi tantangan perubahan iklim.
