Dugderan, sebuah tradisi turun temurun di Semarang, menjadi penanda datangnya bulan suci Ramadan. Prosesi meriah ini diwarnai dengan arak-arakan, pembagian makanan, dan simbol-simbol khas yang sarat makna. Sebuah perpaduan budaya dan religi yang memperkaya khazanah tradisi Indonesia.

Pemerintah Kota Semarang tengah mempersiapkan tradisi Dugderan untuk menyambut bulan suci Ramadhan 1444 H. Berbagai persiapan dilakukan agar tradisi ini dapat kembali meriah setelah dua tahun vakum akibat pandemi. Warak Ngendog, ikon khas Dugderan, akan kembali hadir menyemarakkan pawai budaya ini.

Tradisi Dugderan kembali digelar di Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang mengajak seluruh masyarakat untuk hadir dan merayakan tradisi penyambutan bulan suci Ramadan ini.

Dugderan, tradisi unik khas Semarang, menjadi simbol kerukunan dan kegembiraan masyarakat dalam menyambut bulan suci Ramadan. Perpaduan budaya Jawa dan Islam tercermin dalam berbagai rangkaian acara, mulai dari arak-arakan hingga kuliner khas.

Pemerintah Kota Semarang telah menyelesaikan persiapan untuk menggelar tradisi Dugderan, menandai dimulainya bulan Ramadhan. Berbagai acara dan rute kirab telah disiapkan untuk memeriahkan tradisi tahunan ini. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, berharap Dugderan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Tradisi Dugderan kembali digelar di Semarang. Pemerintah Kota Semarang mengundang masyarakat untuk hadir dan merayakan tradisi menjelang Ramadhan ini.

Dugderan, sebuah tradisi unik di Semarang, menandai dimulainya bulan suci Ramadan dengan kemeriahan pasar rakyat dan arak-arakan yang dipenuhi simbol-simbol budaya lokal. Warisan budaya ini terus dilestarikan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Semarang dan sekitarnya.

Dugderan, sebuah tradisi unik di Semarang, kembali digelar untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Acara ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti kirab budaya dan pasar malam, menjadi daya tarik bagi warga lokal maupun wisatawan. Warak Ngendog, ikon Dugderan, turut memeriahkan perayaan ini.

Tradisi Dugderan di Semarang kini tak hanya menjadi ajang menyambut Ramadhan, tetapi juga menjadi momen bagi muda-mudi untuk mencari jodoh. Tren "Dugderan Date" ini menjadi viral di media sosial. Mereka memanfaatkan momen Dugderan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang baru.

Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, memilih untuk berpartisipasi dalam tradisi Dugderan dengan menyapu pasar daripada menghadiri retret di Magelang. Ia ingin memastikan pasar bersih dan nyaman untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Keputusannya ini menunjukkan komitmennya terhadap kebersihan dan kenyamanan masyarakat.