Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan drastis tingkat hunian hotel di Semarang, mengancam keberlangsungan bisnis perhotelan.

Sebuah perusahaan daur ulang berskala besar berencana membuka fasilitas operasional di Semarang dan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah signifikan.

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang kini memanfaatkan pasokan gas bumi dari PGN untuk operasionalnya.

Indonesia dan Arab Saudi berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor industri melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan.

Investasi asing di Jawa Tengah terus bertambah. Sebuah perusahaan pakan ternak asal Tiongkok berencana membangun pabrik di provinsi ini, disambut positif oleh pemerintah daerah.

Pemerintah Indonesia didesak untuk melindungi industri dalam negeri dari potensi dampak negatif pemberlakuan tarif oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Langkah-langkah strategis diperlukan untuk menjaga daya saing dan mencegah kerugian bagi sektor industri nasional.

Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Kang, mengatakan bahwa banyak bisnis China telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Jawa Tengah, terutama di sektor industri dan infrastruktur. Ia berharap investasi ini dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.

Sebuah pabrik kayu di Kawasan Industri Wijayakusuma, Semarang, terbakar hebat. Kebakaran terjadi pada siang hari dan api dengan cepat membesar. Banyak mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api. Penyebab kebakaran dan total kerugian masih dalam penyelidikan.

PDAM Tirta Moedal Semarang menargetkan 20 persen pelanggan berasal dari sektor industri. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada pelanggan rumah tangga. Saat ini, pelanggan industri baru mencapai 7 persen, sehingga PDAM akan menggencarkan sosialisasi dan penawaran kerja sama dengan pelaku industri di Semarang. PDAM juga berkomitmen untuk memastikan pasokan air yang cukup dan berkualitas bagi seluruh pelanggannya, termasuk industri.

Penutupan pabrik tekstil Sritex dan PHK ribuan karyawannya didasari oleh beberapa pertimbangan, terutama terkait keberlanjutan usaha dan upaya restrukturisasi utang yang sedang dijalani perusahaan. Kurator memaparkan bahwa langkah ini diambil demi menyelamatkan aset perusahaan dan memaksimalkan pemulihan bagi kreditur. Kondisi pasar tekstil yang lesu dan beban utang yang besar menjadi faktor utama yang membuat perusahaan sulit bertahan.