Tradisi Dugderan di Kota Semarang terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Ada tiga alasan utama mengapa masyarakat Semarang berkomitmen untuk menjaga tradisi unik penyambutan bulan Ramadhan ini tetap hidup.
1. Nilai Sejarah dan Budaya yang Tinggi
Dugderan memiliki akar sejarah yang dalam, terkait dengan penyebaran agama Islam di Semarang oleh Kiai Raden Mas Santri, yang dikenal sebagai Mbah Santri. Tradisi ini menjadi simbol penting sejarah perkembangan Islam di kota ini. Dugderan juga kaya akan unsur budaya lokal, seperti penggunaan Warak Ngendog, makhluk mitologi perpaduan budaya Arab, Tionghoa, dan Jawa, yang menjadi ikon khas Dugderan. Melestarikan Dugderan berarti menjaga ingatan kolektif dan identitas budaya masyarakat Semarang.
2. Sebagai Hiburan Rakyat dan Perekat Sosial
Dugderan bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang hiburan rakyat yang dinantikan setiap tahun. Pawai meriah dengan berbagai kesenian dan atraksi menarik, serta hadirnya Warak Ngendog raksasa, menciptakan suasana gembira dan semarak. Momen ini menjadi kesempatan bagi masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berkumpul, berinteraksi, dan mempererat tali persaudaraan. Dugderan menjadi perekat sosial yang memperkuat rasa kebersamaan dan persatuan warga Semarang.
3. Menggerakkan Roda Perekonomian Lokal
Pelaksanaan Dugderan turut memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Para pedagang dan pelaku UMKM mendapatkan kesempatan untuk menjajakan dagangannya, mulai dari makanan khas, kerajinan tangan, hingga pernak-pernik bertema Dugderan. Hal ini meningkatkan pendapatan mereka dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Dugderan juga berpotensi menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang selanjutnya akan memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian daerah.
Dengan ketiga alasan tersebut, masyarakat Semarang menyadari pentingnya menjaga kelestarian Dugderan. Upaya pelestarian ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti melibatkan generasi muda dalam penyelenggaraan Dugderan, mengembangkan kreativitas dalam bentuk seni dan atraksi baru, serta mempromosikan Dugderan sebagai daya tarik wisata. Harapannya, Dugderan akan terus hidup dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.

Kategori: budaya, pariwisata, religi, tradisi
Tag:budaya, dugderan, ekonomi, ekonomi kreatif, pariwisata, ramadan, ramadhan, semarang, tradisi, warisan budaya, wisata