Warga Kampung Bustaman, Semarang, Jawa Tengah, merayakan tradisi Gebyuran sebagai ungkapan rasa syukur dan pembersihan diri menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini telah berlangsung secara turun temurun dan menjadi momen yang ditunggu- tunggu oleh masyarakat.
Gebyuran dilakukan dengan saling menyiramkan air menggunakan berbagai wadah seperti ember, gayung, dan alat semprot. Suasana riuh dan penuh keceriaan menyelimuti kampung saat tradisi ini berlangsung. Masyarakat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, turut berpartisipasi dalam Gebyuran.
Tradisi Gebyuran di Kampung Bustaman bukan sekadar bermain air. Lebih dari itu, Gebyuran memiliki makna simbolis yaitu membersihkan diri dari kesalahan dan dosa sebelum memasuki bulan suci. Air dianggap sebagai simbol pensucian dan harapan akan keberkahan di bulan Ramadhan.
Selain sebagai bentuk pensucian diri, Gebyuran juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga. Momen ini menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan di lingkungan Kampung Bustaman.
Meskipun berlangsung meriah, Gebyuran dilakukan dengan tetap menjaga ketertiban dan keamanan. Warga saling menghormati dan menjaga agar tradisi ini berjalan lancar tanpa ada gesekan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Tradisi Gebyuran merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu dilestarikan sebagai identitas Kampung Bustaman.
