Masyarakat Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, dengan khidmat menggelar tradisi Nyadran di Goa Kreo. Ritual tahunan yang dilaksanakan pada Kamis (13/4/2023) ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dan berkah yang telah diberikan. Lebih dari itu, tradisi Nyadran juga menjadi upaya masyarakat untuk melestarikan warisan budaya leluhur.
Tradisi Nyadran di Goa Kreo memiliki keunikan tersendiri. Rangkaian ritual diawali dengan arak-arakan yang membawa sesaji menuju Goa Kreo. Sesaji tersebut antara lain berupa hasil bumi, tumpeng, dan berbagai macam makanan tradisional. Setelah sampai di Goa Kreo, sesaji didoakan dan kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur, Nyadran di Goa Kreo juga dipercaya dapat menolak bala dan mendatangkan keselamatan bagi masyarakat. Goa Kreo sendiri merupakan tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Goa ini diyakini sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijaga, salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.
Tradisi Nyadran di Goa Kreo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan prosesi ritual dan merasakan kearifan lokal masyarakat setempat. Keberadaan monyet-monyet ekor panjang yang menghuni kawasan Goa Kreo juga menambah daya tarik wisata alam ini.
Dengan tetap menjaga dan melestarikan tradisi Nyadran, masyarakat Kandri berharap agar keberkahan dan keselamatan senantiasa menyertai mereka. Selain itu, tradisi ini juga diharapkan dapat terus menarik minat wisatawan dan berkontribusi pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat.

Kategori: budaya, pariwisata, religi, tradisi, wisata
Tag:apit, budaya, goa kreo, jawa tengah, kepala kerbau, nyadran, selamatan, semarang, tradisi