Masyarakat Kandri, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, rutin menggelar tradisi Nyadran di Goa Kreo setiap selesai Lebaran. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki dan keselamatan. Nyadran juga menjadi cara untuk menjaga kelestarian budaya leluhur yang telah diwariskan turun temurun.
Dalam prosesi Nyadran, warga membawa sejumlah sesaji yang kemudian didoakan bersama. Sesaji tersebut antara lain berupa nasi tumpeng, ingkung ayam, jajanan pasar, dan buah-buahan. Setelah doa bersama, sesaji dibagikan kepada warga yang hadir sebagai wujud kebersamaan dan gotong royong.
Tradisi Nyadran di Goa Kreo juga diyakini memiliki nilai historis yang terkait dengan penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Goa Kreo konon merupakan tempat pertapaan Sunan Kalijaga, salah satu wali songo. Keberadaan kera-kera ekor panjang yang menghuni kawasan Goa Kreo juga dianggap sebagai bagian dari cerita rakyat yang menyertai sejarah daerah tersebut.
Dengan tetap menjaga tradisi Nyadran, masyarakat berharap agar keberkahan dan keselamatan senantiasa menyertai mereka. Acara ini juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Selain nilai religius dan budaya, tradisi Nyadran juga berpotensi menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Kategori: budaya, pariwisata, religi, tradisi
Tag:budaya, goa kreo, hasil bumi, jawa tengah, kesenian tradisional, kirab budaya, lebaran, nyadran, semarang, syukur, tradisi