Masyarakat Kelurahan Pucung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, antusias mengikuti tradisi Sadranan di Sendang Gede. Tradisi yang digelar setiap tahun ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan air yang terus mengalir dari sumber mata air Sendang Gede. Air dari sendang ini dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk mengairi lahan pertanian.
Prosesi Sadranan diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa. Warga dengan khidmat memanjatkan doa di sekitar sendang, menaburkan bunga sebagai simbol penghormatan. Suasana sakral dan khidmat menyelimuti prosesi doa bersama tersebut.
Usai doa bersama, warga kemudian berebut gunungan hasil bumi dan nasi tumpeng yang sebelumnya dikirab mengelilingi sendang. Gunungan tersebut berisi berbagai macam hasil bumi seperti sayur-mayur, buah-buahan, dan palawija. Nasi tumpeng melambangkan rasa syukur atas keberkahan yang diberikan. Rebutan gunungan ini menjadi momen yang paling meriah dalam tradisi Sadranan. Warga percaya bahwa mendapatkan bagian dari gunungan tersebut akan membawa berkah dan keberuntungan.
Tradisi Sadranan di Sendang Gede ini merupakan warisan leluhur yang terus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Selain sebagai ungkapan rasa syukur, tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat persaudaraan antarwarga. Sadranan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kekayaan budaya lokal.

Kategori: budaya, religi, tradisi
Tag:air, budaya, doa bersama, hasil bumi, jawa tengah, pucung, sadranan, semarang, sendang gede, sesaji, syukur, tradisi