Semarang kembali merayakan datangnya bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah dengan menggelar tradisi Dugderan. Ribuan warga tumpah ruah memadati jalan-jalan protokol di Kota Semarang untuk menyaksikan kirab budaya ini.
Kirab Dugderan tahun ini dimeriahkan dengan berbagai atraksi kesenian dan iring-iringan gunungan hasil bumi. Yang paling menarik perhatian tentu saja Warak Ngendog, sosok makhluk imajiner perpaduan hewan berkaki kambing, bertubuh naga, dan berkepala burung ini merupakan ikon khas Dugderan.
Warak Ngendog diarak keliling kota, menghibur warga yang antusias menantikannya. Tradisi Dugderan ini merupakan warisan budaya yang tetap lestari di Semarang dan menjadi penanda dimulainya bulan suci Ramadhan.
Prosesi Dugderan diawali dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman. Di Masjid Agung Kauman, dibacakan pengumuman awal Ramadhan oleh pejabat pemerintah. Dugderan menjadi momentum silaturahmi antarwarga dan juga menjadi daya tarik wisata religi.
Warga berharap tradisi Dugderan dapat terus dilestarikan sebagai identitas Kota Semarang dan menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
