Ribuan warga Semarang memadati jalan-jalan protokol pada hari Jumat untuk menyaksikan dan mengikuti tradisi Dugderan, sebuah perayaan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Pawai budaya yang meriah dengan beragam atraksi kesenian dan gunungan hasil bumi dan makanan menjadi pusat perhatian.
Dugderan dimulai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman. Warga terlihat antusias menyaksikan arak-arakan yang menampilkan berbagai kesenian tradisional, seperti Warak Ngendog, drumband, dan berbagai kostum unik. Suasana semakin meriah dengan alunan musik dan suara gembira dari para peserta dan penonton.
Salah satu momen yang paling ditunggu adalah pembagian gunungan berisi hasil bumi dan makanan. Warga berebut untuk mendapatkan isi gunungan tersebut, yang dipercaya membawa berkah. Kemeriahan ini menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur masyarakat Semarang dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi Dugderan ini menjadi agenda tahunan yang selalu dinantikan warga Semarang. Selain sebagai penanda dimulainya bulan Ramadan, Dugderan juga menjadi ajang untuk melestarikan budaya dan mempererat tali silaturahmi antar warga.
Dugderan tahun ini terasa lebih istimewa setelah dua tahun sebelumnya ditiadakan karena pandemi COVID-19. Antusiasme warga terlihat jelas dari ramainya jalanan dan partisipasi aktif mereka dalam memeriahkan acara.
